Posted by : Unknown Selasa, 26 Maret 2013

Pacaran Dalam Prespektif Islam

Pernah nggak liat orang pacaran ? berduaan, bergandengan tangan, saling bercanda?
apa yang kalian rasakan ?”. “Hmm... Aku marah !!”, salah satu sobat menjawab. “Kenapa ?” , “Gimana nggak marah.. Udah tau aku jomblo, eh pamer-pamer kemesraan.. ga toleran bener tuh orang ”, “Tuing !!!… salah broo !!!, harusnya kita marah karena mereka berbuat salah Sama Allah, aduh.. gimana sih?”. “Lho emang
pacaran salah ????”. “?!?!?!”


Sobat Muslim  perlu kita ingatkan bahwa dalam Islam ada batasan yang jelas mengenai pergaulan antar wanita dan lelaki. Terutama yang tidak memiliki hubungan mahrom. Pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan mahrom, tidak diperkenankan untuk berkhalwat (berdua-duaan) tanpa ditemani mahromnya, apalagi sampai pegangan tangan, bercanda-canda, dan lain-lain. Bukan karena apa-apa, memang si pandang-pandangan, jalan bareng dan pegangan tangan itu nggak bisa membuat perut seorang wanita membuncit, tapi disadari atau tidak itulah cara syetan mengelabui kita agar kita terjerumus menuju hal-hal yang lebih parah. Berawal dari memandang, terus cari nomer hp, kenalan, ketemuan, jalan bareng, akrab, pacaran, pegang-pegang tangan dan seterusnya. sampai terjadi perzinaan, naudzubillah min dzalik, oleh karena itu waspadalah terhadap hal yang paling sepele sekalipun agar kita tidak terjerumus pada yang lebih parah.

Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Tidak diperkenankan bagi laki-laki dan perempuan untuk berkhalwat (berduaan), karena sesungguhnya ketiga dari mereka adalah syetan, kecuali adanya mahram.” (HR. Ahmad dan Bukhari Muslim)

Dalam al qur`an, Allah bukan hanya melarang kita untuk berzina tapi melarang kita “mendekati zina” , perhatikan firman Allah SWT yang artinya berikut ini, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra : 32)

Deketin aja dilarang apalagi melakukannya? Untuk mencegah hal itu Allah mengajarkan banyak sekali metode pencegahan, seperti perintah memejamkan pandangan, menutup aurat, dan lain-lain.

Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur [24] : 30).

Interaksi dengan Lawan Jenis
Para pembela pacaran bilang, “lho Nabi juga pernah kok berduaan dengan wanita,
buktinya Nabi sering maen ke rumah Ummu Sulaim dan Ummu Harom padahal keduanya bukan istri Rasulullah. Bukan hanya itu, Nabi juga pernah tidur di rumah Ummu Sulaim, bahkan Ummu Sulaim sempat mengelapi keringat yang mengucur dari tubuh Nabi buat dijadiin minyak wangi (karena keringat Nabi tu lebih harum daripada parfum) dan Ketika bangun Nabi nggak marah tu?. Nah itu artinya kita boleh dong maen ke rumah cewe bukan mahrom.”

iih maksa banget deh ngambil dalilnya. Kalau mau memahami hadits dengan pemahaman yang baik nggak gitu caranya, kita harus kembali ke pemahaman para ulama, karena merekalah yang paling tahu tentang hal ini. Dalam masalah ini, Imam Nawawi dah bilang bahwa ulama sepakat bahwa Ummu Sulaim dan Ummu Harom adalah mahrom Rasulullah. Ulama cuma beda pendapat mahromnya dari segi rodho (susuan) atau apa bukan mahrom bukan jalur rodho aja, makanya Rasulullah sering maen ke sana.
Buktinya selain kedua orang itu Rasulullah tidak pernah memasuki Rumah wanita lain kecuali istrinya sendiri. Ada juga yang menambahkan Rasulullah sering mendatangi mereka sebagai bentuk rahmat pada keduanya, sebab saudara mereka berdua pernah gugur saat dapat tugas dari Rasulullah.
Trus ada lagi yang bilang, “Rasulullah pernah khalwat dengan perempuan bukan
muhrim !!!,”

dalilnya :
Ada seorang perempuan Anshar mendatangi Nabi saw. Lalu beliau berduaan dengannya dan bersabda, “Demi Allah! Sungguh kalian [orang-orang Anshar] adalah orang-orang yang paling aku cintai.” (HR Bukhari dan Muslim).

Jangan gegabah gitu dong, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan : 
1. Harus dijelaskan hadits wanita-wanita itu memiliki masalah yang
mau diadukan pada Rasulullah, bukan mau pacaran, atau bergurau. Kedudukan Rasulullah sebagai pemimpin yang baik menuntut agar beliau ikut andil menyelesaikan masalah umatnya tanpa memandang pria atau wanita.
2. Maksud berduaan di sini nggak seperti yang kalian bayangkan, tetapi Rasulullah menyepi agar mereka bisa bicara masalah privasi tetapi di dekat orang-orang, artinya tetp dilihat orang-orang.

3. Menurut komentar dari Imam Ibnu hajar, bahwa hadits di atas mengajarkan kita cara berkhalwat dengan non mahrom ketika kita ada hajat, (yaitu di tempat yang terawasi dan tak ada fitnah). Dan diakhir komenternya beliau menyimpulkan hendaknya kita tidak berkholwat dengan perempuan yang bukan mahrom kecuali ada keperluan yang mendesak.

Intinya semua haditst-hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil untuk pacaran karena, hadits-hadits yang dipakai untuk melegalkan pacaran adalah hadits-hadits di mana Rasulullah sedang memberikan solusi untuk wanita yang memiliki masalah bukan lagi “pacaran” atau canda-candaan . Sekedar Jabat Tabngan or Cipika-cipiki,
boleh??
Begini Sobat, Rasulullah SAW pernah ngingetkan kita tentang resiko hal ini,
“Sesungguhnya jika salah seorang di antaramu ditikam di kepalanya dengan jarum dari besi maka itu lebih baik daripada menyentuh seseorang yang bukan mahromnya.’ (HR. Tabrani).

Lihat tu, betapa mengerikan bahaya yang dimbulkan dari menyentuh lawan jenis
yang bukan mahrom. Ada juga hadits lain yang bunyinya gini, “Tangan Rasulullah SAW. tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan di dalam bai’at, bai’at Rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan.” (HR. Bukhari)

Dalam baiat saja yang ada perlunya Rasulullah ga pernah nyentuh wanita, apalagi
kalau nggak ada perlunya??. Tanyakan pada hati nurani kita, “Kita mau niru Rasulullah or niru Selebritis??”.
Ta`aruf dan khitbah.
“Trus gimana dong, masa ujug-ujug kita nikah ama perempuan tanpa tahu karakternya, ini sih sama aja dengan beli kucing dalam karung. kalau ga cocok gimana ???” Kata siapa Islam nyuruh gituan? Bahkan Islam begitu menganjurkan sebelum kita menikah, kita hendaknya mengenal calon kita dengan baik. Banyak sekali anjuran untuk memilih istri yang sholehah, subur, penyayang, berilmu, dan lain-lain. Tapi bukan dengan cara jalan bareng, pegang-pegang tangan, atau cium-ciuman, itu mah bukan belajar mengenal tapi pelampiasan nafsu, dan jelas-jelas bukan termasuk budaya Islam.
Trus gimana caranya kita mengenal calon kita ? Kalau masalah fisik kita dianjurkan melihat calon kita (Ta`aruf).

Hust, tapi hanya boleh lihat wajah dan telapak tangan aja, jangan yang laen. Trus kalau masalah akhlak kita dianjurkan untuk bertanya kepada kerabat calon kita mengenai si calon apakah baek atau nggak, rajin sholat atau belang, rapotnya item atau merah, lembut atau suka marah-marah, wah.. pokonya semua deh. Dan kerabat
wanita itu harus jawab dengan jujur, sampaikan apa adanya. Tenang aja, membicarakan aib si “calon” dalam masalah ini tidak termasuk ghibah yang harom kok. Nah kalau udah cocok tinggal kita pinang (khitbah) dia dengan BISMILLAH, (tambahin sedikit oleh-oleh buat nyenengin calon mertua.. he_he).

Habis itu Get Married!!, buruan nikah deh. Daripada pacaran model sekarang? wah…
repotnya minta ampun, jemput sini, jemput situ, beli ini beli itu, pegang-ini pegang itu akhirnya jadi ngawur semua.
Kesimpulan
Sobat muslim, perlu digaris bawahi bahwa Islam sama sekali tidak melarang kita
untuk mencintai dan mempunyai hubungan spesial dengan lawan jenis. Boleh-boleh aja dan Itu wajar kok, apalagi usia-usia remaja seperti kita yang hidup di zaman penuh godaan seperti saat ini. Tapi bukan berarti kalau wajar trus boleh kita lakukan semau kita, ada prosedurnya Bung!!!.

Gambarannya gini, kalau kita lagi puasa lha terus pas haus-hausnya kita lihat minuman atau hal-hal yang seger, wajar kan kalau kita pengin?.
Tapi sebagai muslim yang taat kita harus sadar bahwa sebelum adzan Maghrib berkumandang kita dilarang keras nyicipin itu minuman. Nah begitu pula dengan hal ini, wajar-wajar aja kalau kita suka atau naruh rasa pada lawan jenis yang kita kenal. 

Tapi hati-hati, kalau belum resmi menikah jangan coba-coba deh, bisa-bisa Allah marah besar sama perbuatan kita sebagaimana orang yang nekat mbatalin puasanya sebelum waktu berbuka.
Ibnu Abbas mengabarkan, seorang lelaki datang kepada Nabi Saw, lalu berkata, “Kami memelihara seorang gadis yatim. Ia dilamar oleh seorang lelaki miskin dan seorang lelaki kaya. Gadis itu lebih condong pada lelaki miskin, sementara kami condong pada lelaki kaya.” Kemudian Nabi Saw menjawab, “Tiada sesuatu yang lebih berharga bagi dua orang yang saling mencintai kecuali pernikahan.”
(Kisah ini terdapat dalam kitab KanzulUmmal, potongan terakhir diriwayatkan juga
oleh Ibnu Majah dan al-Hakim). Perhatikan sabda Rasulullah di atas,
“Tiada sesuatu lebih berharga bagi dua orang yang saling mencintai kecuali pernikahan.”, bukan pacaran dan bukan lainnya. Semoga Allah SWT senantiasa menuntun langkah kita untuk berpegang teguh kepada ajaran-NYA dan sunnah Nabi-Nya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Bener As - Shofwah

Bener As - Shofwah

At-Taqwa

At-Taqwa

Buletin Al ijtihadiy

Buletin Al ijtihadiy

Categories

Majlis Ta'lim Wal Maulid Al - Shofwah. Diberdayakan oleh Blogger.

Tags

Followers

- Copyright © Asshofwah -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -